Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Alhamdulillaah…..Segala Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian
alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Oleh: Alauddin
Mulailah segala sesuatu
dengan basmalah dan akhirilah dengan membaca hamdalah. Tentu ajaran ini sudah
di luar kepala bagi setiap muslim, walau kadang masih saja terlewat.
Namun ada sesuatu yang
membuat kita mengernyitkan dahi ketika ajaran seperti itu diterapkan tidak pada
tempatnya. Bisakah hal itu terjadi?
Kita ambil contoh,
dalam suatu malam penganugerahan kepada para insan perfilman, seorang pemeran
utama naik ke panggung dengan pakaian “seadanya” untuk menerima penghargaan
sebagai pemeran terbaik, setelah menerima award seperti lazimnya, ia memberikan
sepatah dua patah kata dan tak lupa ia mengucapkan salam dan puji syukur,
bahkan kadang disertai sujud syukur, “Alhamdulillah berkat Allah saya dapat
memenangkan award ini, bla…bla…bla…”
Di sisi lain kita tahu
bagaimana, sebagai apa, peran artis tersebut dalam suatu film, memang sih
aktingnya bagus, tapi dia berperan seronok yang jauh dari pesan-pesan moral dan
tuntunan agama. Suatu ketulusan yang tidak pas, suatu ketulusan yang mungkin
tepat waktu, tapi tidak tepat sasaran. Tepat waktu karena dia mendapatkan
anugerah yang tentu tidak semua orang bisa meraihnya, tapi tidak tepat sasaran
karena apa yang ia lakukan sehingga mendapat anugerah tersebut.
Contoh yang lebih
sederhana, seorang pelajar atau mahasiswa, ketika dalam suatu ujian dia
mengalami kebuntuan, tiba-tiba terpikir untuk melirik jawaban teman di bangku
sebelah, karena tidak biasa nyontek, “deg-degan juga nih”, tapi karena godaan
begitu kuat (dasar syetan!) akhirnya diputuskan juga untuk melirik jawaban dari
tetangga sebelah yang kebetulan terkenal pintar, dan tak lupa dia menerapkan ajaran
di awal tulisan ini, dia mengucap “Bismillaahirrahmaanirrahiim, semoga tidak
ketahuan dengan penuh ketulusan, lhoo….?
Seorang PSK dengan
penuh kepasrahan berujar, “Walaupun pekerjaan saya seperti ini, tapi
alhamdulillah saya bisa menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak saya yang
entah di mana bapaknya” welehweleh …. Mungkin pula seorang pencuri, pembunuh,
pemabuk, bahkan koruptor tak melewatkan membaca bismillah dan hamdalah untuk
memulai dan mengakhiri aksinya. Ini sesuatu yang tidak pas, aneh, atau
bagaimana ya?
Mungkin itulah gambaran
sebagian penerapan ajaran agama dalam kehidupan di sekitar kita. Bagaimana
dengan Anda?
Tentu saja Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kita untuk memulai sesuatu dengan
menyebut nama Allah subhanahu wa ta’ala dan mengakhirinya dengan memuji-Nya
adalah dalam hal-hal kebaikan.
Bagaimana dengan
kejadian-kejadian di atas? Jangan-jangan mereka tidak sadar, walaupun
sebenarnya tahu, kalau berzina, menyontek, mencuri, korupsi, adalah perbuatan
yang tidak diridhai Allah subhanahu wa ta’ala, dan tidak selayaknya didahului
dan diakhiri dengan menyebut nama-NYA.
Memang kadang kita
tidak sadar dengan perkataan dan kelakuan kita sendiri, karena sudah menjadi
kebiasaan, sebagai contoh, Sholat, karena sholat telah menjadi kebiasaan, kita
telah hafal di luar kepala bacaan dan gerakan-gerakannya sampai-sampai kita
mengerjakannya tanpa sadar, tiba-tiba, lho kok udah mo salam ya..??? Sungguh
jauh dari khusyuk, na’udzubillah mindzaalik.
**
Allahkadang hanya
diingat pada saat-saat sempit, sulit, terjepit, dan terlilit, pada saat-saat
seperti itulah nama Allah muncul dalam hati kita, kemudian dengan penuh
keikhlasan, ketulusan, dan menghiba kita memohon agar Allah subhanahu wata’ala
mengabulkan, menyelamatkan, dan membebaskan kita dari segala lilitan tadi.
Setelah bebas, di mana Dia, entah, tak muncul lagi dibenak kita nama-Nya. Hanya
sebatas inikah kadar keimanan dan keberagamaan kita? Sungguh menyedihkan, tak
jauh beda dengan imannya Fir’aun yang mengatakan aku beriman kepada Tuhannya
Musa dan Harun, namun perkataan itu tiada gunanya karena terucap di kala nyawa
sudah di tenggorokan, na’udzubillah mindzaalik.
**
Setiap saat kita perlu
bermuhasabah, melihat ke belakang apakah perkatan, pekerjaan, dan perilaku kita
sudah sesuai dengan tuntunan dari Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya
shallallahu alaihi wa sallam?
Selalu berpikirlah
dengan apa yang sedang kita kerjakan ataupun kita katakan, tepatkah perkataan
saya ini? Benarkah, pantaskah saya melakukannya? Mulailah dengan basmalah dan
akhirilah dengan hamdalah, dengan penuh ketulusan dan khusyuk semata-mata
karena Allah subhanahu wa ta’ala dan hindarilah perbuatan dan perkataan yang
tidak diridhai Allah subhanahu wa ta’ala.
***
Source: Eramuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar