Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Alhamdulillaah…..Segala
Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim..
Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah
Shallahu 'alaihi wassalam.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Baiknya amal perbuatan itu,
sebagai dari hasil baiknya budi dan hati, dan baiknya hati adalah hasil dari kesungguhan
menjalankan perintah Allah, yaitu tidak bergerak dari apa yang didudukkan
oleh-Nya (Ibnu Atha’ilah).
Baiknya amal sangat tergantung
dari baiknya hati, dan baiknya hati sangat tergantung dari istikamahnya diri
untuk selalu dekat dengan Allah. Demikian kiranya maksud pernyataan Imam Ibnu
Atha’ilah tersebut.
Saudaraku, istikamah dalam
kebaikan adalah hal penting dalam hidup. Sebab, sebuah amal yang dilakukan
secara istikamah, walaupun kecil, perlahan tapi pasti akan mendekatkan kita
kepada Allah. Karena itu, tidak ada amal kecil menurut pandangan Allah. Yang
menentukan besar kecilnya sebuah amal adalah keikhlasan hati saat melakukannya.
Ada sebuah kisah tentang Imam
Al Ghazali. Suatu malam Hujjatul Islam ini bermimpi berada di Hari Perhitungan.
Dari sekian banyak amalnya, ada satu amal yang sangat disukai Allah melebihi
amal-amal lainnya. Ternyata bukan shalat, puasa, bukan karya-karya besarnya,
atau hafalan Alqurannya, namun karena keikhlasannya menolong seekor lalat.
Ceritanya, saat ia sedang
menulis, tiba-tiba seekor lalat jatuh ke dalam tinta. Segera saja Imam Al
Ghazali mengambil lalat itu, membersihkan tinta dari tubuhnya, lalu
melepaskannya.
Kisah ini tentunya jangan
sampai mengecilkan arti ibadah, menuntut dan menyebarkan ilmu, atau berjihad di
jalan Allah. Kisah ini semata-mata menunjukkan betapa sesuatu yang kita anggap
remeh bisa bernilai istimewa di sisi Allah.
Karena itu, orang ikhlas tidak
pusing memikirkan besar kecilnya amal. Yang ia pikirkan adalah bagaimana agar
amal tersebut diterima Allah dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya manusia.
Sejatinya, tidak ada sesuatu
yang besar di dunia ini tanpa kehadiran yang kecil. Semua yang besar tersusun
dari hal-hal kecil. Buku misalnya. Ia adalah kumpulan bab; bab adalah kumpulan
paragraf; paragraf adalah kumpulan kalimat; kalimat adalah kumpulan kata; kata
adalah kumpulan huruf; dan huruf adalah kumpulan titik. Maka setebal apapun
buku, hakikatnya adalah kumpulan dari titik.
Demikian pula dengan kesalehan
dan kemuliaan akhlak. Ia adalah kumpulan dari amal kebaikan yang dilakukan
terus-menurus dengan penuh keikhlasan. Seseorang dianggap ahli tahajud bila
setiap malam ia istikamah menjalankannya.
Sebaliknya, kita sulit
menyebutnya ahli tahajud bila ia hanya sekali dua kali melakukan tahajud.
Intinya, akhlak mulai lahir dari kebiasaan, kebiasaan lahir konsistensi kita
menjalankan sebuah amal, walau amal itu kita dianggap ringan dan kecil.
Bila yang besar itu bentukan
yang kecil, maka kita jangan sekali-kali menyepelekan yang kecil. Sebaliknya,
kita harus membiasakan diri melakukan hal-hal kecil secara istikamah, selain
menjalankan perintah-perintah yang wajib.
Senyum dengan tulus adalah hal
kecil yang nilai kebaikannya luar biasa. Termasuk pula memungut sampah,
membersihkan kamar mandi, mengongkosi teman, berbagi makanan, meminjamkan buku,
menengok orang sakit, memaafkan yang bersalah, bersedekah, mau mendengarkan,
ucapan yang baik, dsb. Andai kita istikamah (konsisten) melakukannya, jangan
heran bila Allah akan mengangkat derajat kita di hadapan manusia lain.
Ada baiknya kita mulai membuat
program untuk membiasakan diri melakukan hal-hal kecil bernilai ibadah. Saat
bangun tidur misalnya, istikamahlah berzikir, membersihkan tempat tidur,
membersihkan diri, berwudhu, menyapa atau tersenyum manis kepada anak dan
pasangan kita. Atau saat berjumpa orang lain, dahulukan diri untuk tersenyum,
mengucapkan salam, menyapa dengan penuh kesopanan. Saat hendak beraktivitas
dahului dengan membaca basmalah dan mengakhirinya dengan hamdalah. Ketika
hendak tidur, kita bisa mengawalinya dengan berwudhu, shalat witir, dzikir,
atau membebaskan pikiran dari kedengkian dan kebencian terhadap orang lain.
Saudaraku, terus dan teruslah
melakukan amal-amal kecil. Insya Allah, dengan rahmat dan kasih sayang-Nya,
Allah akan mengaruniakan kita kemuliaan akhlak. Amin.
KH Abdullah Gymnastiar
Sumber :Republika Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar