Assalamu’alaikum
Warohmatullohi Wabarokatuh
Alhamdulillaah…..Segala Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian
alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Abu
Nadjih (Amru) bin Abasah Assulamy r.a berkata : Pada masa Jahiliyah, saya
merasa bahwa semua manusia dalam kesesatan, karena mereka menyembah berhala.
Kemudian saya mendengar berita ; Ada seorang di Mekkah memberi ajaran-ajaran
yang baik. Maka saya pergi ke Mekkah, di sana saya dapatkan Rasulullah SAW
masih sembunyi-sembunyi, dan kaumnya sangat congkak dan menentang padanya.
Maka
saya berdaya-upaya hingga dapat menemuinya, dan bertanya kepadanya : Apakah kau
ini?
Jawabnya
: Saya Nabi.
Saya
tanya : Apakah nabi itu?
Jawabnya
: Allah mengutus saya.
Diutus
dengan apakah?
Jawabnya
: Allah mengutus saya supaya menghubungi famili dan menghancurkan berhala, dan
meng-Esa-kan Tuhan dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Saya
bertanya : Siapakah yang telah mengikuti engkau atas ajaran itu?
Jawabnya
: Seorang merdeka dan seorang hamba sahaya (Abubakar dan Bilal).
Saya
berkata : Saya akan mengikuti kau.
Jawabnya
: Tidak dapat kalau sekarang, tidakkah kau perhatikan keadaan orang-orang yang
menentang kepadaku, tetapi pulanglah kembali ke kampung, kemudian jika telah
mendengar berita kemenanganku, maka datanglah kepadaku.
Maka
segera saya pulang kembali ke kampung, hingga hijrah Rasulullah SAW ke Madinah,
dan saya ketika itu masih terus mencari berita, hingga bertemu beberapa orang
dari familiku yang baru kembali dari Madinah, maka saya bertanya : Bagaimana
kabar orang yang baru datang ke kota Madinah itu?
Jawab
mereka : Orang-orang pada menyambutnya dengan baik, meskipun ia akan dibunuh
oleh kaumnya, tetapi tidak dapat. Maka berangkatlah saya ke Madinah dan bertemu
pada Rasulullah SAW.
Saya
berkata : Ya Rasulullah apakah kau masih ingat pada saya?
Jawabnya
: Ya, kau yang telah menemui saya di Mekkah.
Lalu
saya berkata : Ya Rasulullah beritahukan kepada saya apa yang telah diajarkan
Allah kepadamu dan belum saya ketahui. Beritahukan kepada saya tentang sembahyang?
Jawab
Nabi : Sembahyanglah waktu Shubuh, kemudian hentikan sembahyang hingga matahari
naik tinggi sekadar tombak, karena pada waktu terbit matahari itu seolah-olah
terbit di antara dua tanduk syaitan, dan ketika itu orang-orang kafir menyembah
sujud kepadanya. Kemudian setelah itu kau boleh sembahyang sekuat tenagamu dari
sunnat, karena sembahyang itu selalu disaksikan dan dihadiri Malaikat, hingga
matahari tegak di tengah-tengah, maka di situ hentikan sembahyang karena pada
saat itu dinyalakan Jahannam, maka bila telah telingsir dan mulai ada bayangan,
sembahyanglah, karena sembahyang itu selalu disaksikan dan dihadiri Malaikat,
hingga sembahyang Asar. Kemudian hentikan sembahyang hingga terbenam matahari,
karena ketika akan terbenam matahari itu seolah-olah terbenam di antara dua
tanduk syaithan dan pada saat itu bersujudlah orang-orang kafir.
Saya
bertanya : Ya Nabiyullah : Ceriterakan kepada saya tentang wudlu’!
Bersabda
Nabi : Tiada seorang yang berwudlu’ lalu berkumur dan menghirup air, kemudian
mengeluarkannya dari hidungnya melainkan keluar semua dosa-dosa dari mulut dan
hidung. Kemudian jika ia membasuh mukanya menurut apa yang diperintahkan Allah,
jatuhlah dosa-dosa mukanya dari ujung jenggotnya bersama tetesan air. Kemudian
bila membasuh kedua tangan sampai kedua siku, jatuhlah dosa-dosa dari ujung
jari-jarinya bersama tetesan air. Kemudian mengusap kepala maka jatuh semua
dosa dari ujung rambut bersama tetesan air, kemudian membasuh dua kaki ke
matakaki, maka jatuhlah semua dosa kakinya dari ujung jari bersama tetesan air.
Maka bila ia sembahyang sambil memuja dan memuji Allah menurut lazimnya, dan
membersihkan hati dari segala sesuatu selain Allah, maka keluar dari semua
dosanya bagaikan lahir dari perut ibunya ” (HR. Muslim)
“Ketika
Amru bin Abasah menceritakan hadits ini kepada Abu Umamah, oleh Abu Umamah
ditegur : Hai Amru bin Abasah perhatikan keteranganmu itu, masakan dalam satu
perbuatan orang diberi ampun demikian rupa. Jawab Amru : Hai Abu Umamah, telah
tua usiaku, dan rapuh tulangku, dan hampir ajalku, dan tiada kepentingan bagiku
untuk berdusta terhadap Allah atau Rasulullah SAW. Andaikan saya tidak
mendengar dari Rasulullah, hanya satu dua atau tiga empat kali, atau lima enam
tujuh kali tidak akan saya ceritakan, tetapi saya telah mendengar lebih dari
itu” (HR. Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar