Bismillah…..Segala
Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim..
Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad
Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diyakini sebagai batu surga,
Hajar Aswad bakal menjadi saksi kita di akhirat kelak. Karena itulah, meski
sunah hukumnya, ribuan jamaah haji berupaya sekuat tenaga untuk dapat
menciumnya. Meski hanya sunah, setiap jamah haji selalu berupaya untuk sebisa
mungkin dapat mencium Hajar Aswad (batu hitam). Selain diyakini sebagai batu
surga, konon, Hajar Aswad kelak akan menjadi saksi kita di akhirat.
Terletak di sudut selatan
Kabah pada ketinggian 1,10 meter dari lantai Masjidil Haram, batu hitam
berukuran 25 x 17 cm ini selalu menyedot perhatian jamaah haji. Mereka berusaha
untuk dapat menciumnya, atau paling tidak dapat ber-ihtilam (menyalaminya atau
mencium tangan ketika tawaf).
Meski demikian, untuk
melakukan ritual ini (mencium Hajar Aswad), setiap orang dituntut kesabarannya,
mengingat banyaknya jamaah haji yang memiliki niat serupa. Karena itu, tidak
dibenarkan jika kita memaksakan untuk menciumnya sembari menyakiti jemaah yang
lainnya. Apalagi jika hal itu memicu keributan dengan sesama jamaah. Di lain
pihak, karena hukumnya bukan wajib melainkan sunah, sejauh ini Pemerintah Arab
Saudi tidak menyediakan sarana sebagaimana tawaf dan sa’i.
Apa makna di balik prosesi
mencium Hajar Aswad? Konon, mencium Hajar Aswad adalah lambang perjanjian kita
dengan Allah SWT. Hajar Aswad melambangkan “tangan Allah”. Mencium Hajar
Aswad-baik dari dekat maupun dari jauh melambangkan perjanjian kita dengan
“menjabat” tangan Allah. Seakan-akan kita berkata, “Ya Allah, saya berjanji
bahwa mulai saat ini saya telah masuk ke dalam lingkaran-Mu, dan tidak akan
pernah keluar dari lingkaran-Mu ini”. Karena itu, jika ada kesempatan dan
kemampuan, setiap jamaah disunahkan untuk mencium Hajar Aswad.
Mulanya Putih
Menurut sejarahnya, Hajar
Aswad adalah batu yang diberikan Malaikat Jibril kepada Nabi Ismail AS ketika
diperintah mencari batu oleh ayahnya, Nabi Ibrahim AS yang hendak meninggikan
Kabah. Kala itu, Hajar Aswad menyala-nyala karena saking putihnya. Cahayanya
menyinari Barat dan Timur.
Tapi mengapa Hajar Aswad
sekarang berwarna hitam? Ada beberapa versi mengenai hal ini. Hajar Aswad itu
berubah warnanya menjadi hitam pekat karena diduga kuat akibat peristiwa
kebakaran yang terjadi di zaman Quraisy dan di era Ibnu Zubair. Akibatnya Hajar
Aswad mengalami keretakkan yang kemudian diikat oleh Ibnu Zubair dengan perak
ketika ia merenovasinya.
Versi lainnya menyebutkan, berubahnya
warna Hajar Aswad dari semula abyad (putih) menjadi aswad (hitam) karena
dosa-dosa anak cucu Adam. Dalam kaitan ini ada sabda Rasulullah SAW yang
artinya, “Hajar Aswad itu diturunkan dari
surga, berwarna lebih putih dari susu. Dosa-dosa anak cucu Adam-lah yang
menjadikannya hitam”. Mana yang benar? Wallaahua’lam.
Dalam kaitan versi kedua, Ibnu
Zhahirah mengingatkan bahwa dosa-dosa anak manusia saja bisa menghitamkan batu,
apalagi pengaruhnya terhadap hati manusia. Ini jelas sebagai peringatan kepada
anak cucu Adam agar hanya kepada Allah SWT sajalah kita bertumpu.
Hajar Aswad yang sekarang
adalah 8 bongkahan kecil akibat pecahnya batu yang semula besar. Kedelapan
bongkahan itu masih tersusun rapi pada tempatnya seperti sekarang. Pecahnya
batu itu terjadi pada zaman Qaramithah, yaitu sekte dari Syi’ah Al-Bathiniyyah
dari pengikut Abu Thahir Al-Qaramathi yang mencabut Hajar Aswad dan membawanya
ke Ihsa’ pada tahun 319 Hijriyah. Tetapi batu itu dikembalikan lagi pada tahun
339 Hijriah.
Gugusan yang terbesar
berukuran sebuah kurma yang tertanam di batu besar lain dan dikelilingi oleh
ikatan perak inilah yang senantiasa dirindui setiap muslim untuk dapat
menciumnya. Batu yang terletak dalam lingkaran perak itulah yang diusahakan
jamaah haji untuk dapat menciumnya, bukan batu yang berada di sekitarnya.
Dalam perkembangannya, Hajar
Aswad pernah mengalami renovasi pada zaman Raja Fahd, tepatnya pada bulan
Rabiul Awal 1422 Hijriyah. Kini, setiap tahun menjelang musim haji, Hajar Aswad
senantiasa dibersihkan berbarengan dengan pencucian Kabah. Pada saat inilah,
biasanya Pemerintah Arab Saudi memberi kesempatan kepada tamu-tamu kerajaan
untuk menyaksikan pencucian Kabah sekaligus mencium Hajar Aswad. TC Nar
***
Sumber: Majalah Travel Club
Tidak ada komentar:
Posting Komentar