Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Alhamdulillaah…..Segala
Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim..
Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah
Shallahu 'alaihi wassalam.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sedekah bisa
mendatangkan ampunan Allah, menghapus dosa dan menutup kesalahan dan keburukan.
Sedekah bisa mendatangkan ridha Allah, dan sedekah bisa mendatangkan kasih
sayang dan bantuan Allah. Inilah sekian fadilah sedekah yang ditawarkan Allah
bagi para pelakunya.
Sebagaimana kita
ketahui, hidup kita jadi susah, lantaran memang kita banyak betul dosanya. Dosa-dosa
kita mengakibatkan kehidupan kita menjadi tertutup dari Kasih Sayangnya Allah.
Kesalahan- kesalahan yang kita buat, baik terhadap Allah, maupun terhadap
manusia, membuat kita terperangkap dalam lautan kesusahan yang sejatinya kita
buat sendiri. Hidup kita pun banyak masalah. Lalu Allah datang menawarkan
bantuan-Nya, menawarkan kasih sayang-Nya, menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar
kita, dan menawarkan ampunan-Nya. Tapi kepada siapa yang Allah bisa berikan ini
semua? Kepada siapa yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang lain.
Kepada yang mau peduli dan berbagi.
Kita memang susah.
Tapi pasti ada yang lebih susah. Kita memang sulit, tapi pasti ada yang lebih
sulit. Kita memang sedih, tapi barangkali ada yang lebih sedih. Terhadap mereka
inilah Allah minta kita memperhatikan jika ingin diperhatikan.
Di
pembahasan-pembahasan tentang sedekah, saya akan banyak mendorong diri saya dan
saudara, untuk melakukan sedekah, dengan mengemukakan fadilah-fadilah/
keutamaannya. Insya Allah pembahasan akan sampai kepada Ihsan, Mahabbah, Ikhlas
dan Ridha Allah. Apa yang tertulis, adalah untuk memotivasi supaya tumbuh
keringanan dalam berbagi, kemauan dalam bersedekah. Sebab biar bagaimanapun,
manusia adalah pedagang. Ia perlu dimotivasi untuk melakukan Akhirnya, mintalah
doa kepada Allah, agar Allah terus menerus membukakan pintu ilmu, hikmah,
taufiq dan hidayah-Nya hingga sampai kepada derajat ‘mukhlishiina lahuddien’,
derajat orang-orang yang mengikhlaskan diri kepada Allah.
Matematika Dasar
Sedekah
Apa yang kita lihat
dari matematika di bawah ini?
10 – 1 = 19
Pertambahan ya? Bukan
pengurangan? Kenapa matematikanya begitu? Matematika pengurangan darimana? Koq
ketika dikurangi, hasilnya malah lebih besar? Kenapa bukan 10-1 = 9?
Inilah kiranya
matematika sedekah. Dimana ketika kita memberi dari apa yang kita punya, Allah
justru akan mengembalikan lebih banyak lagi. Matematika sedekah di atas,
matematika sederhana yang diambil dari QS. 6: 160, dimana Allah menjanjikan
balasan 10x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik.
Jadi, ketika kita
punya 10, lalu kita sedekahkan 1 di antara yang sepuluh itu, maka hasil
akhirnya, bukan 9. Melainkan 19. Sebab yang satu yang kita keluarkan,
dikembalikan Allah sepuluh kali lipat. Hasil akhir, atau jumlah akhir, bagi
mereka yang mau bersedekah, tentu akan lebih banyak lagi, tergantung Kehendak
Allah. Sebab Allah juga menjanjikan balasan berkali-kali lipat lebih dari
sekedar sepuluh kali lipat.
Dalam QS. 2: 261,
Allah menjanjikan 700x lipat. Tinggallah kita yang kemudian membuka mata, bahwa
pengembalian Allah itu bentuknya apa? Bukalah mata hati, dan kembangkan ke-
husnudzdzanan, atau positif thinking ke Allah. Bahwa Allah pasti membalas
dengan balasan yang pas buat kita.
Memberi Lebih Banyak,
Menuai Lebih Banyak
Kita sudah belajar matematika
dasar sedekah, dimana setiap kita bersedekah Allah menjanjikan minimal
pengembalian sepuluh kali lipat (walaupun ada di ayat lain yg Allah menyatakan
akan membayar 2x lipat). Atas dasar ini pula, kita coba bermain-main dengan
matematika sedekah yang mengagumkan. Bahwa semakin banyak kita bersedekah,
ternyata betul Allah akan semakin banyak juga memberikan gantinya, memberikan
pengambalian dari-Nya.
Coba lihat ilustrasi
matematika berikut ini:
Pada pembahasan
diatas, kita belajar: 10 – 1 = 19. Maka, ketemulah ilustrasi matematika ini:
·
10 – 2= 28
·
10 – 3= 37
·
10 – 4= 46
·
10 – 5= 55
·
10 – 6= 64
·
10 – 7= 73
·
10 – 8= 82
·
10 – 9= 91
·
10 – 10= 100
Menarik bukan? Lihat
hasil akhirnya? Semakin banyak dan semakin banyak. Sekali lagi, semakin banyak
bersedekah, semakin banyak penggantian dari Allah. Mudah-mudahan Allah
senantiasa memudahkan kita untuk bersedekah, meringankan langkah untuk
bersedekah, dan membuat balasan Allah tidak terhalang sebab dosa dan kesalahan
kita.
2.5 % Tidaklah Cukup
Saudaraku, barangkali
sekarang ini zamannya minimalis. Sehingga ke sedekah juga hitung-hitungannya
jadi minimalis. Angka yang biasa diangkat, 2,5%. Kita akan coba ilustrasikan,
dengan perkalian sepuluh kali lipat, bahwa sedekah minimalis itu tidak punya
pengaruh yang signifikan.
Contoh berikut ini,
adalah contoh seorang karyawan yang punya gaji 1jt. Dia punya pengeluaran rutin
sebesar 2jt. Kemudian dia bersedekah 2,5% dari penghasilan yang 1jt itu. Maka
kita dapat perhitungannya sebagai berikut:
Sedekah: Sebesar 2,5%
2,5% dari 1.000.000 =
25.000
Maka, tercatat di atas
kertas:
1.000.000 – 25.000 =
975.000
Tapi kita belajar,
bahwa 975.000 bukan hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang
dia keluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau sebesar 250.000. Sehingga dia
bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar:
975.000 + 250.000 = 1.225.000 Lihat, ‘hasil akhir’ dari perhitungan sedekah
2,5% dari 1jt, ‘hanya’ jadi Rp. 1.225.000,-. Masih jauh dari pengeluaran dia
yang sebesar Rp. 2jt. Boleh dibilang secara bercanda, bahwa jika dia sedekahnya
‘hanya’ 2,5%, dia masih akan keringetan untuk mencari sisa 775.000 untuk
menutupi kebutuhannya.
Coba Sedekah 10 %.
Saudara sudah belajar,
bahwa sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Ketika diterapkan dalam kasus seorang
karyawan yang memiliki gaji 1jt dan pengeluarannya 2jt, maka dia hanya
mendapatkan pertambahan 250rb, yang merupakan perkalian sedekah 2,5% dari 1jt,
dikalikan sepuluh. Sehingga ‘skor’ akhir, pendapatan dia hanya berubah menjadi
Rp. 1.225.000. Masih cukup jauh dari kebutuhan dia yang 2jt.
Sekarang kita coba
terapkan ilustrasi berbeda. Ilustrasi sedekah 10%.
Sedekah: Sebesar 10%
10% dari 1.000.000 =
100.000
Maka, tercatat di atas
kertas:
1.000.000 – 100.000 =
900.000
Kita lihat, memang
kurangnya semakin banyak, dibandingkan dengan kita bersedekah 2,5%. Tapi kita
belajar, bahwa 900.000 itu bukanlah hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi
yang 2,5% yang dia keluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau dikembalikan
sebesar 1.000.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib
(rizki tak terduga) sebesar: 900.000 + 1.000.000 = 1.900.000
Dengan perhitungan
ini, dia ‘berhasil’ mengubah penghasilannya, menjadi mendekati angka
pengeluaran yang 2 juta nya. Dia cukup butuh 100 rb tambahan lagi, yang
barangkali Allah yang akan menggenapkan 2 juta.
Dan satu hal yang saya
kagumi dari matematika Allah, bahwa Spiritual Values, ternyata selalu punya
keterkaitan dengan Economic Values. Kita akan bahas pelan-pelan sisi ini,
sampai kepada pemahaman yang mengagumkan tentang kebenaran janji Allah tentang
perbuatan baik dan perbuatan buruk. Kita sedang membicarakan bahwa sedekah 2,5%
itu tidaklah cukup. Mestinya sedekah kita, haruslah minimal 10%. Dengan
bersedekah 10%, insya Allah kebutuhan- kebutuhan kita, yang memang kita hidup
di dunia pasti punya kebutuhan, akan tercukupi.
Dari ilustrasi diatas,
saya memaparkan bahwa ketika seorang karyawan bersedekah 2,5% dari gajinya yang
1jt, maka ‘pertambahannya’ menjadi Rp. 1.225.000. Yakni didapat dari Rp.975.000,
sebagai uang tercatat setelah dipotong sedekah, ditambah dengan pengembalian
sepuluh kali lipat dari Allah dari 2,5% nya.
Bila sedekah 2,5% ini
yang dia tempuh, sedangkan dia punya pengeluaran 2jt, maka kekurangannya
teramat jauh. Dia masih butuh Rp. 775.000,-. Maka kemudian saya mengajukan agar
kita bersedekah jangan 2,5%, tapi lebihkan. Misalnya 10%.
Saudaraku, ada
pernyataan menarik dari guru-guru sedekah, bahwa katanya, sedekah kita yang
2,5% itu sebenarnya tetap akan mencukupi kebutuhan-kebutuhan kita, di dunia
ini, maupun kebutuhan yang lebih hebat lagi di akhirat, kalau kita bagus dalam
amaliyah lain selain sedekah. Misalnya, bagus dalam mengerjakan shalat. Shalat
dilakukan selalu berjamaah. Shalat dilakukan dengan menambah sunnah-sunnahnya;
qabliyah ba’diyah, hajat, dhuha, tahajjud. Bagus juga dalam hubungan dengan
orang tua, dengan keluarga, dengan tetangga, dengan kawan sekerja, kawan usaha.
Terus, kita punya maksiat sedikit, keburukan sedikit. Bila ini yang terjadi,
maka insya Allah, cukuplah kita akan segala hajat kita. Allah akan menambah
poin demi poin dari apa yang kita lakukan. Hanya sayangnya, kita-kita ini
justru orang yang sedikit beramal, dan banyak maksiatnya. Jadilah kita
orang-orang yang merugi. Skor akhir yang sebenarnya sudah bertambah, dengan
sedekah 2,5% itu, malah harus melorot, harus tekor, sebab kita tidak menjaga
diri. Perbuatan buruk kita, memakan perbuatan baik kita. Tambahi terus amaliyah
kita, dan kurangi terus maksiat kita
Kalikan Dari Target
Supaya Beroleh Lebih.
Saudaraku, ini
menyambung tulisan diatas. Kasusnya, tetap sama: Seorang karyawan dengan gaji
1jt, yang punya pengeluaran 2jt. Bila karyawan tersebut mau hidup tidak
pas-pasan, dan mau dicukupkan Allah, dia harus menjaga dirinya dari keburukan,
dan terus memacu dirinya dengan berbuat kebaikan dan kebaikan. Kemudian,
lakukan sedekah 10% bukan dari gajinya, melainkan dari pengeluarannya.
Sedekah 10% dari 2jt
(bukan dari gajinya yang 1jt), maka akan didapat angka sedekah sebesar Rp.
200rb. Gaji pokok sebesar 1jt, dikurang 200rb, menjadi tinggal 800rb. Lihat,
angka tercatatnya tambah mengecil, menjadi tinggal 800.000. Tapi di sinilah
misteri sedekah yang ajaib. Yang 200rb yang disedekahkan, akan dikembalikan
sepuluh kali lipat oleh Allah, atau menjadi 2jt. sehingga skor akhirnya bukan
800rb, melainkan 2,8jt.
Dengan perhitungan di
atas, kebutuhannya yang 2jt, malah terlampaui. Dia lebih 800rb. Subhanallah.
Apalagi kalau kemudian dia betul-betul mau memelihara diri dari maksiat dan
dosa, dan mempertahankan perbuatan baik, maka lompatan besar akan terjadi dalam
hidupnya. Sebuah perubahan besar, sungguh-sungguh akan terjadi. Baik kemuliaan
hidup, kejayaan, kekayaan, hingga keberkahan dan ketenangan hidup. Sekali lagi,
subhanallah.
***
Artikel Ustadz Yusuf
Mansur