Bismillah…..Segala
Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim..
Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad
Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.
----------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------
Tersebutlah seorang putri raja
dari cina yang sangat cerdas. Dia menjadi sombong dengan kecerdasannya itu.
Ketika usia telah cukup untuk menikah sang raja bermaksud untuk mengadakan
sayembara, sang putri tidak keberatan namun dia mengajukan syarat bagi mereka
yang ingin menikahinya.. Setiap laki laki yang ingin mempersuntingnya harus
mampu menjawab 3 pertanyaan yang dia ajukan. Bagi yang tidak mampu menjawab maka
tiang gantungan telah menanti sebagai hukuman.
Demikianlah, puluhan pemuda
mengakhiri hidup mereka ditiang gantungan tersebut karena tak mampu menjawab
pertanyaan sang putri. Raja menjadi sangat khawatir dengan kondisi putrinya
yang semakin menikmati permainannya, juga khawatir dengan usianya yang semakin
bertambah namun tidak ada tanda tanda bahwa dia akan mengakhiri permainan
gilanya itu serta khawatir semua pemuda terbaiknya mati sia-sia ditiang
gantungan.
Suatu hari datanglah seorang
pemuda pengembara dari tanah Bharata, dia mendengar cerita tentang sang putri
dan berniat untuk mengakhiri permainannya. Dia mendaftar untuk bertanding
dengan sang putri. Mendengar hal ini sang raja jadi gelisah karena pasti pemuda
pengembara ini hidupnya akan berakhir pula ditiang gantungan. Dia menasehati
sang pemuda agar mengurungkan niatnya untuk mengikuti pertandingan namun
ditampik oleh sang pemuda yang telah bulat tekadnya untuk menghentikan
kecongkakan sang putri.
Tibalah hari yang telah
ditentukan, sang pemuda dan para penonton telah hadir dipendopo istana bersiap
untuk mengikuti acara yang sangat menegangkan itu, namun sang pemuda tidak
kelihatan tegang bahkan sebaliknya, dia duduk tegak bersila dengan tenangnya
sambil terus menebar senyum. Sang raja dan para juri yang terdiri dari para
pendeta dan penasehat istana telah duduk di masing masing tempat yang tersedia
dengan harap-harap cemas. Tak berapa lama berselang datanglah sang putri
berjalan ketengah-tengah pendopo dengan keangkuhan tersirat yang disebabkan
oleh kecerdasannya. Duduk dengan kaki terlipat diatas kursi dan senyum sinis
menghiasi wajah yang seharusnya sangat cantik itu dia melirik kearah sang
pemuda.
Sayembara segera dimulai.
Tampak sang putri berbisik ditelinga penterjemah yang segera berkata, Wahai pemuda
yang berani datang menantang sang putri, apakah engkau tidak takut digantung?
Apakah engkau tidak sayang akan nyawamu berakhir sia-sia ditiang gantungan?
Apakah engkau tidak sayang akan ketampananmu serta masa depanmu? Pulanglah
sebelum terlambat. Demikian kata penterjemah menyampaikan apa yang dibisikkan
oleh sang putri, tampak sangat jelas dia memandang rendah sang pemuda. Walau
kelihatan seperti menyayangkan keikut sertaan sang pemuda namun dari
kata-katanya jelas tersirat bahwa sang putri sangat senang akan ada lagi korban
yang jatuh dan dia tidak ingin sang pemuda mundur dari pendopountuk
menyampaikan pertanyaannya karena dia sudah tidak sabar lagi untuk menjawab.
Sang penterjemah membacakan
pertanyaan pertama sang putri yang berbunyi, Siapakah bapak yang mampu
memperlakukan semua secara adil?
Pemuda itu dengan suara tenang
menjawab, Dia adalah Matahari.
Para juri terperangah karena
untuk pertama kalinya ada orang yang mampu menjawab dengan tepat dengan
santainya. Biasanya para pemuda terdahulu kalah pada pertanyaan pertama.
Pertanyaan kedua, Siapakah ibu
yang memakan anaknya setelah sang anak dilahirkannya?
Kembali sang pemuda dengan
tenangnya mengawab, Dia adalah laut.
Kini giliran sang putri yang
keluar keringat dingin karena dua pertanyaannya dijawab dengan mudahnya. Dia
berpikir sejenak sebelum mengajukan pertanyaannya yang ketiga. Setelah berpikir
keras dia tersenyum karena merasa mendapatkan satu pertanyaan yang mustahil
dijawab oleh siapapun, bahkan oleh para pendeta terpelajar sekalipun.
Pertanyaan ketiga adalah,
Pohon apakah yang setiap daunnya memiliki dua warna, hitam dan putih?
Melihat sang putri tersenyum
bahagia karena merasa yakin pertanyaannya tidak bakalan bisa dijawab, sang
pemuda sengaja berlagak seperti orang yang sedang berpikir keras mencari
jawaban, membiarkan sang putri menikmati angannya yang akan berakhir sebentar
lagi. Hal ini ternyata membuat para hadirin dan juga sang raja menjadi sangat
cemas, padahal tadi telah muncul harapan bahwa sang pemuda akan memenangkan
sayembara ini. Setiap jawaban disambut tengan tepuk tangan yang sangat meriah.
Namun berbeda dengan sekarang, suasana jadi sangat hening mencekam, setiap hati
melantunkan doa kemenangan buat sang pemuda sehingga tidak akan ada lagi korban
berjatuhan. Namun sang pemuda tidak segera menjawab, bahkan dia kelihatan
berpikir semakin keras. Sengaja dia lakukan untuk memberikan kesempatan kepada
sang putri menikmati angan kemenangannya lebih lama..
Sang putri yang merasa pasti
menang menebar senyum bangga kearah hadirin namun ketika dia berpaling kearah
sang pemuda senyum itu berubah menjadi sinis. Dia sangat senang atas hal ini
dan berkata, Wahai anak muda, sampai kapan engkau akan membisu seperti itu,
akuilah bahwa engkau tidak menemukan jawabannya, orang-orang hebat seperti para
pendeta yang telah renta karena ilmupun tidak tahu jawabannya apalagi anak
kemarin sore sepertimu, oleh karena itu menyerahlah dan bersiaplah untuk menuju
tiang gantungan, algojo telah tidak sabar menanti untuk memasang tali
dilehermu, kasihan mereka terlalu lama menunggu sesuatu untuk dikerjakan,
pekerjaan mereka hanya datang sesekali.
Dengan tatapan tenang kearah
sang putri sembari tersenyum, sang pemuda berkata, Tuan Putri, jawaban hamba
atas pertanyaan Tuan Putri yang ke tiga adalah “Tahun”.
Gemuruh sorak sorai para
hadirin karena akhirnya pertanyaan terakhir sang Putri terjawab juga walau
mereka belum yakin jawaban itu benar, namun paling tidak mereka telah melihat
guratan senyum disudut bibir para juri pertanda jawaban tersebut benar adanya.
Sementara dilain pihak, wajah
sang Putri tiba tiba menjadi merah padam, marah dan kecewa setelah mendengar
jawaban gamblang dari sang pemuda. Dia tidak habis pikir bagaimana si pemuda
bisa tahu jawaban itu, sementara dia kelihatan berpikir keras dari tadi tapi
ternyata dia dengan tenangnya dapat menjawab, sang Putri jadi curiga mungkin
jawabannya itu hanya tebakan. Kemudian dia bertanya, Kenapa jawabanmu Tahun,
jelaskan!
Bagai sebatang pohon yang terus
bertumbuh, tahun juga terus berjalan tanpa dapat dihentikan, daunnya adalah
siang yang putih dan malam yang hitam. Demikian jawaban sang pemuda pengembara.
Sekali lagi hadirin bersorak riang gembira. Namun berbeda dengan sang Putri
yang takabur itu, dia berteriak tidak terima kalah dan tidak mau menikah
sembari ingin mengajukan pertanyaan lagi akan tetapi permohonannya ditolak sang
Raja yang mengatakan bahwa jika Putri tidak mau mengaku kalah dan tidak mau
menikah dengan sang pemuda maka dia harus mendapat hukuman yang sama seperti
para pemuda yang kalah sebelumnya, hukuman gantung.
Akhirnya sang Putri mengaku
kalah walau dengan terpaksa dan kemudian dipersunting oleh si pemuda dan
diboyong kenegaranya yaitu Bharatawarsa.
Makna dari dunia itu sendiri
adalah kehidupan karna tanpa hidup kita ga akan pernah tau dunia itu seperti
apa,,,,tidak selamanya apa yang kita anggap benar itu ..tidak salah juga di
mata kehidupan dalam bingkai dunia..
***
Dari Sahabat di
Kaskus.us/ervakurniawan.wodpress
Tidak ada komentar:
Posting Komentar