Bismillah…..Segala Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.
----------------------------------------------------------------------------------------------
Sering kita marah-marah padahal Nabi
sangat melarang hal ini. Adakalanya kita berdalih dengan alasan kita
melakukannya karena agama. Padahal Allah mengutamakan kebaikan akhlak, bukan
kekasaran:
“Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu.” [Ali ‘Imran:159]
Memang ada beberapa kondisi yang
mewajibkan kita marah bahkan berperang mengangkat senjata terhadap orang-orang
yang sangat zhalim tapi itu ada persyaratan khusus yang biasanya dibahas dalam
bab lain khususnya yang berkaitan dengan jihad. Di sini kita akan mempelajari
tentang marah.
Abdullah bin Umar r.a. mengatakan bahwa
Nabi saw bersabda, “Orang Islam itu adalah orang yang orang-orang Islam
lainnya selamat dari lidah dan tangannya; dan orang yang berhijrah (muhajir)
adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” [HR
Bukhari]
“Seorang mukmin
bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk.” (HR. Bukhari dan
Al Hakim)
Dari hadits di atas jelaslah seorang
yang pemarah bukanlah orang Islam dan juga bukan orang beriman karena
orang-orang takut mendekat dan kena marah olehnya.
Abu Musa r.a. berkata, “Mereka
(para sahabat) bertanya, Wahai Rasulullah, Islam manakah yang lebih utama?”
Beliau menjawab, ‘Orang yang orang-orang Islam lainnya selamat dari lidah dan
tangannya.“ [HR Bukhari]
Ketika marah, kita harus bisa menahan
diri.
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda: “Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat,
tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.” Muttafaq
Alaihi.
Orang yang suka marah/zhalim pada orang
lain niscaya akan merasa kegelapan pada hari kiamat. Ketika listrik mati di
malam hari dan gelap tak ada alat penerang kita tidak suka hal itu. Nah
kegelapan hari kiamat jauh lebih buruk dari hal itu dan lebih lama:
Dari Jabir Radliyallaahu ‘anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Jauhilah
kedholiman karena kedholiman ialah kegelapan pada hari kiamat, dan jauhilah
kikir karena ia telah membinasakan orang sebelummu.” Riwayat Muslim.
Ketika seseorang minta nasehat, Nabi
menjawab “Jangan marah” berulangkali:
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu
bahwa ada seseorang berkata: Wahai Rasulullah, berilah aku nasehat.
Beliau bersabda: “Jangan marah.” Lalu orang itu mengulangi beberapa kali,
dan beliau bersabda: “Jangan marah.” Riwayat Bukhari.
Orang yang paling baik akhlaknya yang
dekat dengan Nabi. Bukan orang yang pemarah:
Paling dekat dengan
aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan
sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR. Ar-Ridha)
Orang yang marah karena diingatkan untuk
takwa kepada Allah berdosa besar:
Cukup berdosa orang
yang jika diingatkan agar bertaqwa kepada Allah, dia marah. (HR.
Ath-Thabrani)
Salah satu penyebab yang paling banyak
membuat orang masuk neraka adalah mulut yang suka marah. Meski dia rajin
sholat, puasa, zakat dan haji tapi jika suka marah tetap masuk neraka:
Rasulullah Saw ditanya tentang
sebab-sebab paling banyak yang memasukkan manusia ke surga. Beliau
menjawab, “Ketakwaan kepada Allah dan akhlak yang baik.” Beliau ditanya
lagi, “Apa penyebab banyaknya manusia masuk neraka?” Rasulullah Saw menjawab,
“Mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban)
Kebanyakan dosa anak
Adam karena lidahnya. (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
Tahukah kamu apa
ghibah itu? Para sahabat menjawab, “Allah dan rasulNya lebih mengetahui.”
Beliau bersabda, “Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang dia
tidak sukai.”(HR. Muslim)
Sulaiman bin Shurad ra., ia
berkata: Dua orang pemuda saling mencaci di hadapan Rasulullah saw.
lalu mulailah mata salah seorang dari mereka memerah dan urat lehernya
membesar. Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya aku tahu suatu kalimat yang
apabila diucapkan, maka akan hilanglah kemarahan yang didapati yaitu “Aku
berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk”. Lelaki itu berkata:
Apakah engkau menyangka aku orang gila?. (Shahih Muslim No.4725)
Sering orang marah kepada pembantunya /
bawahannya karena dia merasa lebih tinggi sementara pembantunya / bawahannya
lebih rendah dan selalu takut kepadanya. Padahal menurut Anas seorang pembantu
Nabi, selama 10 tahun dia bekerja dengan Nabi, tak pernah sekalipun Nabi
memarahinya meski dia ada salah.
Seorang sahabat berkata kepada
Rasulullah Saw, “Pelayan (pembantu rumah tangga) saya berbuat keburukan dan
kezaliman.” Nabi Saw menjawab, “Kamu harus memaafkannya setiap hari tujuh
puluh kali.” (HR. Al-Baihaqi)
Biasanya orang marah terhadap pembantu /
bawahan karena pekerjaan “kurang/tidak beres”. Padahal Nabi memerintahkan untuk
memberi pekerjaan hanya sesuai kemampuan mereka dan jika perlu kita harus
membantu mereka jika mereka kesulitan. Allah memberi ganjaran pahala untuk itu:
Apa yang kamu
ringankan dari pekerjaan pembantumu bagimu pahala di neraca timbanganmu. (HR. Ibnu Hibban)
Bagi seorang budak
jaminan pangan dan sandangnya. Dia tidak boleh dipaksa melakukan pekerjaan yang
tidak mampu dilakukannya. (HR. Muslim)
Pelayan-pelayanmu
adalah saudara-saudaramu. Allah menjadikan mereka bernaung di bawah
kekuasaanmu. Barangsiapa saudaranya yang berada di bawah naungan kekuasaannya
hendaklah mereka diberi makan serupa dengan yang dia makan dan diberi pakaian
serupa dengan yang dia pakai. Janganlah membebani mereka dengan pekerjaan yang
tidak dapat mereka tunaikan. Jika kamu memaksakan suatu pekerjaan hendaklah
kamu ikut membantu mereka. (HR. Bukhari)
Allah melarang kita untuk banyak bicara.
Apalagi banyak marah. Karena akan menyebabkan kita masuk neraka:
Sesungguhnya Allah
melarang kamu banyak omong, yang diomongkan, dan menyia-nyiakan harta serta
banyak bertanya. (HR. Asysyihaab)
Barangsiapa banyak bicara maka banyak
pula salahnya dan barangsiapa banyak salah maka banyak pula dosanya, dan
barangsiapa banyak dosanya maka api neraka lebih utama baginya. (HR.
Ath-Thabrani)
Jika marah, diamlah. Kebanyakan penyebab
retaknya rumah tangga / keluarga adalah ketika suami/istri marah, mereka tidak
diam. Justru melontarkan perkataan yang menyakitkan hati pasangannya. Padahal
dengan diam pun pasangan kita tahu kita sedang marah tanpa membuat dia sakit
hati karena perkataan kita:
Bila seorang dari kamu
sedang marah hendaklah diam. (HR. Ahmad)
Jika kita marah, maka pahala kita akan
diberikan kepada orang yang kita marahi. Jika pahala kita habis, maka dosa
orang yang kita marahi dipindahkan Allah ke kita. Inilah orang yang
muflis/bangkrut di akhirat. Dia mengira akan masuk surga karena rajin
beribadah, tapi dia juga rajin menzhalimi/memarahi orang lain hingga akhirnya
masuk neraka:
Apabila ada orang yang
mencaci-maki kamu tentang apa yang dia ketahui pada dirimu, janganlah kamu
mencaci-maki dia tentang apa yang kamu ketahui pada dirinya karena pahalanya
untuk kamu dan kecelakaan untuk dia. (HR. Ad-Dailami)
Tahukah kamu siapa
orang yang bangkrut? Para sahabat menjawab, “Allah dan rasulNya lebih
mengetahui.”Nabi Saw lalu berkata, “ Sesungguhnya orang yang bangkrut dari
umatku ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan puasa,
shalat dan zakat, tetapi dia pernah mencaci-maki orang ini dan menuduh orang
itu berbuat zina. Dia pernah memakan harta orang itu. Di akhirat orang-orang
yang disakitinya menuntut dan mengambil pahalanya sebagai tebusan. Bila
pahalanya habis sebelum selesai ganti rugi atas dosa-dosanya maka dosa
orang-orang yang menuntut itu diletakkan di atas bahunya lalu dia dihempaskan
ke api neraka.” (HR. Muslim)
Jika kita berbuat salah kepada Allah,
begitu kita tobat dan minta ampun kepada Allah, niscaya Allah memaafkan. Tetapi
jika kita berbuat salah terhadap manusia, misalnya memarahinya, dosa kita tidak
akan diampuni kecuali orang yang kita meminta maaf kepada orang yang kita
zhalimi.
Ada satu kisah seorang ayah menyuruh
anaknya yang pemarah untuk memaku beberapa paku ke pagar. Meski paku-paku itu
dicabut, namun lubang bekas paku itu tetap ada. Begitulah jika kita memarahi
orang. Meski kita sudah minta maaf, namun bekas luka di hati orang yang kita
marahi akan tetap ada.
Kita harus yakin bahwa Allah Maha
Melihat dan Maha Mendengar. Sehingga Allah mengetahui jika kita sedang
menzhalimi seseorang. Kita juga harus yakin bahwa segala ucapan dan tindakan
kita selalu dicatat oleh dua malaikat, yaitu Roqib dan ‘Atid dan akan dihitung
di hari Kiamat nanti. Oleh sebab itu hindarilah segala ucapan dan perbuatan
yang buruk.
Jangan mencaci/menghina orang lain
dengan sebutan yang anda sendiri tidak suka:
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain,
boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik. Dan jangan pula sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih
baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri (maksudnya saudaramu) dan
jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan” [Al Hujuraat:11]
Tips agar tidak marah:
·
Baca ta”awudz (a”udzubillahi minasy syaithoonir rojiim) sebab setan
membisikkan manusia untuk berbuat dosa termasuk marah. Berlindunglah terhadap
Allah.
·
Bersabarlah. Tahan kemarahan anda
·
Diamlah
·
Jika anda berdiri, duduklah.
·
Jika masih marah, berwudlu-lah
·
Jika terpaksa bicara, beritahu cara yang benar. Misalnya: Kalau melakukan
ini caranya begini sambil memperagakannya. Jangan panjang-panjang cukup 2x.
Kalau kesalahan masih terulang, ulangi lagi nasehat tersebut. Hindari
menggelari orang dengan sebutan yang anda sendiri tidak suka seperti bodoh, dan
sebagainya.
***
Sumber:
syiarislam.wordpress.com/2008/03/17/jangan-marah/