Halaman

Senin, 14 Januari 2013

Kisah Nyata Anak Durhaka



Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Alhamdulillaah…..Segala Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.

---------------------------------------------------------------------------


”Nggak banyak kok mak, 50 ribu aja mak!” gadis itu membentak ibunya.
”Emak gak ada duit. Minta sama bapak kamu sana” jawab ibunya perlahan.
Sambil mengurut kakinya yang pegal. Sudah bertahun-tahun dia mengidap darah tinggi,lemah jantung dan kencing manis.
”Maaak… teman-teman semuanya keluar. Aku pun mau malam mingguan di luar,” kata gadis itu.
”Yalah, mak tau… tapi mak gak ada duit,” balas ibunya.
”50 ribu aja mak!” si gadis berkata.
”Nggak ada,” jawab ibunya.
” Emak memang pelit!” si gadis mulai mengeluarkan kata-kata keras.
”Bukan seperti itu...” belum habis ibunya menerangkan, gadis tersebut menyanggah, katanya,
”Ahhh…sudahlah emak! Aku tak mau dengar!”
”Kalau emak punya du…” ibunya menyambung .
Tapi belum habis kata-katanya, si gadis menimpali lagi, katanya ”kalau abang, boleh, tapi kalau aku yang minta duit, mesti gak ada!"
Bersamaan dengan itu, gadis tersebut menyepak ibunya dan mendorongnya ke pintu. Si ibu jatuh ke lantai.
” Saida.. Sai.. dddaaa..” katanya perlahan sambil mengurut dada.
Wajahnya berkerut menahan sakit.
Gadis tersebut tidak menghiraukan ibunya yang terkulai di lantai. Malah sebaliknya, dia masuk ke kamar dan mengurung diri. Di dalam kamar,
dibantingnya bantal dan selimut ke dinding. Dan sementara di luar, suasana sunyi sepi.
Hampir sejam kemudian, barulah gadis tersebut keluar. Alangkah terkejutnya dia karena ibunya sudah tidak bergerak lagi. Ketika dia pegang pergelangan tangan dan bawah leher, ternyata denyut nadinya sudah tidak ada lagi.
Si gadis panik.. Dia meraung dan menangis memanggil ibunya, tapi tidak ada sahutan. Meraung si gadis melihat mayat ibunya itu. Tetangganya pun berdatangan untuk mengetahui apa yang terjadi, setelah mendengar jeritan si gadis tersebut. Bapak si gadis yang bekerja sebagai kuli bangunan pun segera dihubungi, dan pemakaman ditunda sampai bapaknya kembali ke rumah.
Pengurusan jenazah dilakukan oleh saudara dan tetangganya. Pada awalnya tak ada apa-apa yang aneh, tapi ketika mayatnya akan dimasukkan ke dalam kubur, ia jadi berat sampai 10 orang pun tak bisa masukkannya ke dalam kubur. Suaminya sendiri pun tak dapat membantu apa-apa.
Tapi ketika si gadis itu menolong, mayat ibunya menjadi ringan. Dia seorang diri pun bisa mengangkat dan meletakkan mayat ibunya di tepi kubur. Kemudian si gadis masuk ke dalam kubur untuk meletakkan jenazah ibunya. Beramai-ramai penduduk kampung mengangkat mayat tersebut dan menyerahkannya kepada si gadis yang sudah berada di dalam kubur.
Tanpa ada kesulitan, gadis itu memasukkan mayat ibunya ke liang lahat. Namun ketika dia hendak memanjat keluar dari kubur tersebut, tiba-tiba kakinya tidak dapat diangkat. Kakinya seperti dipaku ke tanah. Si gadis mulai cemas.
Orang-orang yang berada di sekeliling kubur mulai riuh. Satu persatu menengok untuk melihat apa yang sedang terjadi.
”Pak, tarik tangan saya ini. Kaki saya serasa melekat, tidak bisa naik,” gadis tersebut mengulurkan tangan ke arah bapaknya.
Si bapa menarik tangan anaknya itu, tetapi gagal. Kaki gadis tersebut melekat kuat ke tanah. Beberapa orang lalu dipanggil untuk menariknya keluar, tetapi tetap tidak berhasil.
”Bapak…kenapa ini??!! Tolonglah Saida, bapak..” si gadis menangis memandang ayah dan adik-adiknya yang berada di pinggir kubur.
Semakin banyak orang berdiri di pinggir kubur. Mereka coba menariknya bersama-sama namun sudah ketentuan Allah, kaki si gadis tetap seperti terpaku di tanah. Tangisannya bertambah kuat.
”Tolong saya pak, tolong saya.. Kenapa jadi seperti ini pak? ” kata si gadis sambil meratap.
”Itulah, kamu yang membuat emak meninggal. Sekarang, bapak pun tak tau harus bagaimana,” jawab si ayah setelah gagal mengeluarkan anaknya itu.
Dia menarik lagi tangan gadis yang berada di dalam kubur tapi tidak beranjak walau sedikit pun. Kakinya tetap terpahat ke tanah.
"Emak…ampuni Saida emak, ampuni Saida…” gadis itu menangis.
Sambil dipeluk dan diciumi jenazah ibunya. Air matanya sudah tidak dapat ditahan lagi.
”Maafkan Saida emak, maafkan, Saida bersalah, Saida menyesal. Saida menyesal. Ampuni Saida emak,” dia menangis lagi sambil memeluk jenazah ibunya yang telah kaku.
Kemudian gadis itu mengulurkan lagi tangannya supaya bisa di tarik keluar. Beramai-ramai orang mencoba mengeluarkannyanamun hasilnya. Setelah terlalu lama mencoba tetapi tetap gagal, imam membuat keputusan bahwa kubur
tersebut harus segera ditimbun.
”Kita timbun sedikit saja, sampai mayat ibunya tak dapat dilihat lagi. Kita tidak boleh membiarkan mayatnya seperti itu. Kalau hujan bagaimana?” kata imam kepada bapak gadis berkenaan.
”Lalu anak saya bagaimana?” tanya si bapak.
”Kita akan terus mencoba menarik dia keluar. Mayat isteri bapak disempurnakan dulu, lalu anak bapak kita selamatkan,” balas imam.
Lelaki tersebut setuju. Lalu seperti yang diputuskan,upacara pemakaman terpaksa diteruskan hingga selesai, termasuk talkinnya. Kubur pun ditimbun sebatas lutut si gadis, cukup untuk menimbun keseluruhan jenazah ibunya.
Yang menyedihkan, waktu itu si gadis masih berada di dalam kubur. Ketika talkin dibaca, dia menangis dan meraung sejadinya. Sambil meminta ampun kepada ibunya dengan linangan air mata. Selesai upacara itu, orang-orang berusaha menariknya keluar lagi. Tapi tidak berhasil.
Akhirnya warga menghubungi polisi untuk minta bantuan, karena banyak orang yang berdatangan untuk melihat kejadian yang di luar nalar tersebut.
Polisi memasang tali di sekeliling kubur tersebut dan melarang orang-orang mendekat kecuali keluarganya.
Hari semakin siang, tapi usaha warga sepertinya sia-sia saja. Gadis itu tidak dapat dikeluarkan dari liang kubur ibunya. Si gadis pun sudah kepayahan karena terlalu lama di dalam, menangis dan mencoba mengangkat kakinya. Dan si bapak menawarkannya makanan.
”Sudahlah Saida. Makanlah sedikit nak,” rayu bapaknya sambil mengulurkan sepiring nasi dan segelas air. Si gadis tersebut tidak mengindahkan bapaknya. Malah memandang ke atas pun tidak. Dia terus meratap meminta ampun kepada arwah ibunya.
”Ampuni saya emak, ampuni saya Ya Allah, lepaskanlah kakiku ini, saya bertaubat, saya insaf. Saya mohon ampun atas apa yang telah saya perbuat pada emak Ya Allah” si gadis menangis dan meratap. Sementara bapak dan saudar-saudaranya menangis dan berdoa di tepi kubur.
Semakin lama semakin ramai orang bekumpul mengelilingi area pemakaman itu. Beberapa mobil polisi datang dan banyak anggota keamanan yang bersenjatakan lengkap berjaga-jaga.
Matahari pun terbenam, akhirnya tenggelam dan malam merangkak tiba. Saida masih begitu. Kaki terlekat di dalam kubur ibunya sementara dia tidak henti-henti meratap meminta ampunan.
Sejak siang, tidak ada sedikit pun makanan maupun minuman masuk ke perutnya. Bapak dan saudara-saudaranya masih tetap di sisi kubur membaca Al-Quran, Yassin dan berdoa. Namun telah disebutkan Allah, bahwa durhaka terhadap ibu bapak adalah dosa yang sangat besar. Saida tetap tidak dapat dikeluarkan.
Embun mulai menetes. Saida pun kedinginan. Dengan selimut yang diberi oleh bapaknya dia membungkus tubuhnya. Namun dia tidak dapat tidur. Saida menangis dan memohon kepada Allah supaya mengampuni dosanya.
Setelah beberapa hari terperangkap, akhirnya Saida meninggal dunia.
Mungkin kerana terlalu lemah dan tidak tahan kepanasan oleh matahari pada waktu siang dan kedinginan di malam hari. Mungkin juga kerana tidak makan dan minum. Atau mungkin juga karena terlalu sedih dengan apa yang tengah berlaku padanya.
Allah Maha Agung. Selepas Saida menghembuskan nafas terakhirnya, barulah tubuhnya dapat dikeluarkan. Mayat gadis itu kemudian disempurnakan seperti mayat-mayat lain.
Wallahu’alam
Begitu besar
kekuasaan Allah. Begitu dahsyatnya azab akibat durhaka kepada orang tua, Allah swt tidak menundanya di akhirat.

(Berdasarkan kisah nyata dengan sedikit perubahan yang benar-benar terjadi tahun 1994 di negara tetangga)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar