Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Alhamdulillaah…..Segala Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.
---------------------------------------------------------------------------
”Nggak
banyak kok mak, 50 ribu aja mak!” gadis itu membentak ibunya.
”Emak gak
ada duit. Minta sama bapak kamu sana” jawab ibunya perlahan.
Sambil
mengurut kakinya yang pegal. Sudah bertahun-tahun dia mengidap darah tinggi,lemah
jantung dan kencing manis.
”Maaak…
teman-teman semuanya keluar. Aku pun mau malam mingguan di luar,” kata gadis
itu.
”Yalah, mak
tau… tapi mak gak ada duit,” balas ibunya.
”50 ribu aja
mak!” si gadis berkata.
”Nggak ada,”
jawab ibunya.
” Emak memang
pelit!” si gadis mulai mengeluarkan kata-kata keras.
”Bukan
seperti itu...” belum habis ibunya menerangkan, gadis tersebut menyanggah,
katanya,
”Ahhh…sudahlah
emak! Aku tak mau dengar!”
”Kalau emak
punya du…” ibunya menyambung .
Tapi belum
habis kata-katanya, si gadis menimpali lagi, katanya ”kalau abang, boleh, tapi
kalau aku yang minta duit, mesti gak ada!"
Bersamaan
dengan itu, gadis tersebut menyepak ibunya dan mendorongnya ke pintu. Si ibu
jatuh ke lantai.
” Saida..
Sai.. dddaaa..” katanya perlahan sambil mengurut dada.
Wajahnya
berkerut menahan sakit.
Gadis
tersebut tidak menghiraukan ibunya yang terkulai di lantai. Malah sebaliknya,
dia masuk ke kamar dan mengurung diri. Di dalam kamar,
dibantingnya
bantal dan selimut ke dinding. Dan sementara di luar, suasana sunyi sepi.
Hampir sejam
kemudian, barulah gadis tersebut keluar. Alangkah terkejutnya dia karena ibunya
sudah tidak bergerak lagi. Ketika dia pegang pergelangan tangan dan bawah
leher, ternyata denyut nadinya sudah tidak ada lagi.
Si gadis
panik.. Dia meraung dan menangis memanggil ibunya, tapi tidak ada sahutan.
Meraung si gadis melihat mayat ibunya itu. Tetangganya pun berdatangan untuk
mengetahui apa yang terjadi, setelah mendengar jeritan si gadis tersebut. Bapak
si gadis yang bekerja sebagai kuli bangunan pun segera dihubungi, dan pemakaman
ditunda sampai bapaknya kembali ke rumah.
Pengurusan
jenazah dilakukan oleh saudara dan tetangganya. Pada awalnya tak ada apa-apa
yang aneh, tapi ketika mayatnya akan dimasukkan ke dalam kubur, ia jadi berat
sampai 10 orang pun tak bisa masukkannya ke dalam kubur. Suaminya sendiri pun
tak dapat membantu apa-apa.
Tapi ketika
si gadis itu menolong, mayat ibunya menjadi ringan. Dia seorang diri pun bisa
mengangkat dan meletakkan mayat ibunya di tepi kubur. Kemudian si gadis masuk
ke dalam kubur untuk meletakkan jenazah ibunya. Beramai-ramai penduduk kampung
mengangkat mayat tersebut dan menyerahkannya kepada si gadis yang sudah berada
di dalam kubur.
Tanpa ada
kesulitan, gadis itu memasukkan mayat ibunya ke liang lahat. Namun ketika dia
hendak memanjat keluar dari kubur tersebut, tiba-tiba kakinya tidak dapat
diangkat. Kakinya seperti dipaku ke tanah. Si gadis mulai cemas.
Orang-orang
yang berada di sekeliling kubur mulai riuh. Satu persatu menengok untuk melihat
apa yang sedang terjadi.
”Pak, tarik
tangan saya ini. Kaki saya serasa melekat, tidak bisa naik,” gadis tersebut
mengulurkan tangan ke arah bapaknya.
Si bapa
menarik tangan anaknya itu, tetapi gagal. Kaki gadis tersebut melekat kuat ke
tanah. Beberapa orang lalu dipanggil untuk menariknya keluar, tetapi tetap
tidak berhasil.
”Bapak…kenapa
ini??!! Tolonglah Saida, bapak..” si gadis menangis memandang ayah dan
adik-adiknya yang berada di pinggir kubur.
Semakin
banyak orang berdiri di pinggir kubur. Mereka coba menariknya bersama-sama
namun sudah ketentuan Allah, kaki si gadis tetap seperti terpaku di tanah.
Tangisannya bertambah kuat.
”Tolong saya
pak, tolong saya.. Kenapa jadi seperti ini pak? ” kata si gadis sambil meratap.
”Itulah,
kamu yang membuat emak meninggal. Sekarang, bapak pun tak tau harus bagaimana,”
jawab si ayah setelah gagal mengeluarkan anaknya itu.
Dia menarik
lagi tangan gadis yang berada di dalam kubur tapi tidak beranjak walau sedikit
pun. Kakinya tetap terpahat ke tanah.
"Emak…ampuni
Saida emak, ampuni Saida…” gadis itu menangis.
Sambil
dipeluk dan diciumi jenazah ibunya. Air matanya sudah tidak dapat ditahan lagi.
”Maafkan
Saida emak, maafkan, Saida bersalah, Saida menyesal. Saida menyesal. Ampuni
Saida emak,” dia menangis lagi sambil memeluk jenazah ibunya yang telah kaku.
Kemudian
gadis itu mengulurkan lagi tangannya supaya bisa di tarik keluar. Beramai-ramai
orang mencoba mengeluarkannyanamun hasilnya. Setelah terlalu lama mencoba
tetapi tetap gagal, imam membuat keputusan bahwa kubur
tersebut
harus segera ditimbun.
”Kita timbun
sedikit saja, sampai mayat ibunya tak dapat dilihat lagi. Kita tidak boleh
membiarkan mayatnya seperti itu. Kalau hujan bagaimana?” kata imam kepada bapak
gadis berkenaan.
”Lalu anak
saya bagaimana?” tanya si bapak.
”Kita akan
terus mencoba menarik dia keluar. Mayat isteri bapak disempurnakan dulu, lalu
anak bapak kita selamatkan,” balas imam.
Lelaki
tersebut setuju. Lalu seperti yang diputuskan,upacara pemakaman terpaksa
diteruskan hingga selesai, termasuk talkinnya. Kubur pun ditimbun sebatas lutut
si gadis, cukup untuk menimbun keseluruhan jenazah ibunya.
Yang
menyedihkan, waktu itu si gadis masih berada di dalam kubur. Ketika talkin
dibaca, dia menangis dan meraung sejadinya. Sambil meminta ampun kepada ibunya
dengan linangan air mata. Selesai upacara itu, orang-orang berusaha menariknya
keluar lagi. Tapi tidak berhasil.
Akhirnya
warga menghubungi polisi untuk minta bantuan, karena banyak orang yang
berdatangan untuk melihat kejadian yang di luar nalar tersebut.
Polisi
memasang tali di sekeliling kubur tersebut dan melarang orang-orang mendekat
kecuali keluarganya.
Hari semakin
siang, tapi usaha warga sepertinya sia-sia saja. Gadis itu tidak dapat
dikeluarkan dari liang kubur ibunya. Si gadis pun sudah kepayahan karena
terlalu lama di dalam, menangis dan mencoba mengangkat kakinya. Dan si bapak
menawarkannya makanan.
”Sudahlah
Saida. Makanlah sedikit nak,” rayu bapaknya sambil mengulurkan sepiring nasi
dan segelas air. Si gadis tersebut tidak mengindahkan bapaknya. Malah memandang
ke atas pun tidak. Dia terus meratap meminta ampun kepada arwah ibunya.
”Ampuni saya
emak, ampuni saya Ya Allah, lepaskanlah kakiku ini, saya bertaubat, saya insaf.
Saya mohon ampun atas apa yang telah saya perbuat pada emak Ya Allah” si gadis
menangis dan meratap. Sementara bapak dan saudar-saudaranya menangis dan berdoa
di tepi kubur.
Semakin lama
semakin ramai orang bekumpul mengelilingi area pemakaman itu. Beberapa mobil
polisi datang dan banyak anggota keamanan yang bersenjatakan lengkap
berjaga-jaga.
Matahari pun
terbenam, akhirnya tenggelam dan malam merangkak tiba. Saida masih begitu. Kaki
terlekat di dalam kubur ibunya sementara dia tidak henti-henti meratap meminta
ampunan.
Sejak siang,
tidak ada sedikit pun makanan maupun minuman masuk ke perutnya. Bapak dan
saudara-saudaranya masih tetap di sisi kubur membaca Al-Quran, Yassin dan
berdoa. Namun telah disebutkan Allah, bahwa durhaka terhadap ibu bapak adalah
dosa yang sangat besar. Saida tetap tidak dapat dikeluarkan.
Embun mulai
menetes. Saida pun kedinginan. Dengan selimut yang diberi oleh bapaknya dia
membungkus tubuhnya. Namun dia tidak dapat tidur. Saida menangis dan memohon
kepada Allah supaya mengampuni dosanya.
Setelah
beberapa hari terperangkap, akhirnya Saida meninggal dunia.
Mungkin
kerana terlalu lemah dan tidak tahan kepanasan oleh matahari pada waktu siang
dan kedinginan di malam hari. Mungkin juga kerana tidak makan dan minum. Atau
mungkin juga karena terlalu sedih dengan apa yang tengah berlaku padanya.
Allah Maha
Agung. Selepas Saida menghembuskan nafas terakhirnya, barulah tubuhnya dapat
dikeluarkan. Mayat gadis itu kemudian disempurnakan seperti mayat-mayat lain.
Wallahu’alam
Begitu besar
kekuasaan
Allah. Begitu dahsyatnya azab akibat durhaka kepada orang tua, Allah swt tidak
menundanya di akhirat.
(Berdasarkan
kisah nyata dengan sedikit perubahan yang benar-benar terjadi tahun 1994 di
negara tetangga)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar