Assalamu’alaikum
Warohmatullohi Wabarokatuh
Alhamdulillaah…..Segala Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian
alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Ingatlah
olehmu dua perkara, yaitu kesalahanmu kepada orang lain dan kebaikan orang lain
kepadamu. Lupakan dua perkara, yaitu kebaikanmu pada orang lain dan kesalahan
orang lain kepadamu.”
Nasihat ahli hikmah
ini, perlu kita jadikan bahan renungan dan introspeksi dalam upaya mencapai
pribadi yang ber-akhlakul karimah. Nilai seseorang bukanlah berada pada
penampilan dirinya, bukan pula dari jabatan dan harta benda yang telah
dikumpulkan. Seseorang dinilai bukan dari kursi yang diduduki, bukan pula
berapa pangkat yang disandang dan tanda jasa yang melekat pada dadanya, serta
bukan karena garis keturunannya. Seorang itu dinilai dari budi pekerti luhur
yang menghiasi perilakunya.
Dikatakan dalam pepatah
Arab, “Kemuliaan seseorang itu dengan budi pekerti yang baik, bukan karena
keturunan.” Mengapa kita harus mengingat kesalahan yang telah dikerjakan pada
orang lain? Dengan mengingatnya, akan menimbulkan perasaan menyesal dalam diri
kita, perasaan yang mendorong untuk bertobat kepada Allah, kemudian berusaha
memperbaikinya dengan meminta maaf dan tidak akan mengulanginya.
Mengingat kebaikan
orang lain terhadap kita akan mendorong kita selalu berbuat baik kepada orang
lain. Kehidupan tidak akan terbina dengan baik tanpa kebaikan orang lain, yang
pada hakikatnya kebaikan itu untuk dirinya sendiri. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak
sempurna iman seseorang sampai dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai
dirinya sendiri.” (HR
Bukhari-Muslim).
Melupakan kebaikan yang
telah diperbuat pada orang lain akan mendorong kita menjadi pribadi yang
mukhlis. Setiap kebaikan, hanya diniatkan lillah ta’la, seikhlas-ikhlasnya.
Sebagai Muslim, sudah semestinya menjaga agar hati selalu suci dari
kemunafikan, perbuatan harus selalu suci dari riya’, lidah harus selalu suci
dari kebohongan. Sedangkan dengan melupakan kesalahan orang lain, akan
mendorong kita menjadi pribadi pemaaf. Kita akan gampang memaafkan, sebesar apa
pun kesalahan orang.
***
Oleh: Mahmudi Arif D,
Republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar