Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat
tinggi.Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman
kerjanya yang ada di bawahnya.
Pekerja itu berteriak-teriak, tetapi temannya tidak dapat mendengarnya
karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga
usahanya sia-sia saja.
Untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya, ia mencoba melemparkan
uang logam di depan orang tsb. Orang itu berhenti bekerja, mengambil uang itu
lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang keduapun
memperoleh hasil yang sama.
Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke
arah orang itu. Batu kecil itu tepat mengenai kepala orang itu, dan karena
merasa sakit, orang itu menengadah ke atas. Sekarang pekerja itu dapat
menjatuhkan catatan yang berisi pesan pentingnya.
Allah kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita
menengadah kepada-Nya. Seringkali Allah melimpahi kita dengan rahmat (seperti
uang logam), tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepadaNya.
Karena itu, agar kita selalu mengingat kepadaNya, Allah sering menjatuhkan
"batu kecil" (cobaan) kepada kita.
Seandainya ...Orang yang dilempari uang logam itu "menyadari"
bahwa uang tersebut "jatuh dari atas", tentunya dia akan menengadah
ke atas sehingga pekerja tadi dapat menjatuhkan catatan pesan pentingnya dan
"tidak perlu" menjatuhkan "batu kecil" tsb.
Demikian juga dengan kita.Seandainya setiap rahmat yang diberikan Allah
kepada kita, cukup mampu membuat kita menengadah kepadaNya dengan bersyukur
atas rahmat dan rizki yang diberikan-Nya. Tentunya Allah tidak perlu
menjatuhkan "batu kecil" (cobaan) kepada kita.
Tubuh kita, kesehatan kita, pengetahuan dan ilmu yang ada di pikiran dan
hati kita, harta kita, dan semua yang kita anggap milik kita sesungguhnya
adalah milik Allah, titipan Allah kepada kita.
Semua itu adalah rahmat yang diberikan Allah kepada kita. Seyogyanya kita
(kami dan Anda) cukup mampu untuk "menengadah kepada-Nya" ....
senantiasa bersyukur dan selalu ingat kepada "catatan penting" dari
Allah, yaitu berkewajiban mengamalkannya sehingga "rahmat" tadi dapat
bermanfaat bagi banyak orang.
BERUNTUNG atau MERUGIKAH KITA?
Sahabat Hikmah...Setiap orang diberikan waktu yang sama, 168 jam per
minggu, 86.400 detik per hari. Namun kenyataannya, setiap kita menghasilkan
output yang berbeda-beda dari waktu sama yang kita miliki.
Pada umur 20 tahun, misalnya, ada yang sudah menjadi direktur, ada yang
mampu menghasilkan ratusan bahkan ribuan buku, ada yang sudah mencapai gelar
ini dan itu, ada yang sudah mampu hafal dan paham 30 juz Alquran, dan
seterusnya.
Dan sebaliknya, ada pula yang tidak menghasilkan apa pun. Ini adalah
kenyataan.
Ada yang menghasilkan kebaikan-kebaikan dari waktu yang ada dan ada yang
justru menghasilkan keburukan dan kemunduran.
Kita harus sadar bahwa 168 jam tersebut di atas ternyata tidak seluruhnya
dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif. Setelah dikurangi waktu tidur
yang rata-rata mengambil 1/3 waktu hidup kita, tinggal 112 jam. Lalu, dikurangi
jam kerja/sekolah rata-rata 40 jam per minggu, maka tinggal 72 jam per minggu.
Pun, dikurangi waktu berkendaraan menuju dan kembali dari pekerjaan/sekolah (5
hari x 2 jam = 10 jam). Maka, tinggal tersisa 62 jam per minggu yang
benar-benar menjadi waktu milik kita yangs kita isi sesuai dengan tujuan-tujuan
penting kita: untuk beribadah (hubungan vertikal kepada Allah Azza wa Jalla),
untuk keluarga, untuk urusan sosial, dan sebagainya.
Kecerdasan dalam alokasi waktu ini yang kemudian akan menentukan seberapa
beruntungkah kita dalam hidup ini di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala..
Wallahu a'lam.
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, nasihat-menasihati
supaya menaati kebenaran, dan nasihat-menasihati supaya menetapi
kesabaran." (QS al-Ashr: 1-3).
Referensi Lainnya : kembanganggrek2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar