Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuuh
Alhamdulillaah…..Segala Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.
-----------------------------------------------------------------------------------
Utamanya
pada masa emas 0-5 tahun, anak-anak menjalani hidup mereka dengan sebuah
potensi menakjubkan, yaitu rasa ingin tahu yang besar. Seiring dengan waktu,
potensi ini terus berkembang (Mudah-mudahan potensi ini tidak berakhir ketika
dewasa dan malah berubah menjadi pribadi-pribadi "tak mau tahu" alias
ignoran, hehehe). Nah, momen paling krusial yang akan dihadapi para orang tua
adalah ketika anak bertanya tentang ALLAH . Berhati-hatilah dalam memberikan
jawaban atas pertanyaan maha penting ini. Salah sedikit saja, bisa berarti kita
menanam benih kesyirikan dalam diri buah hati kita. Nauzubillahi min zalik,
ya...
Berikut
ini saya ketengahkan beberapa pertanyaan yang biasa anak-anak tanyakan pada
orang tuanya:
Tanya
1: "Bu, Allah itu apa sih?"
Tanya
2: "Bu, bentuk Allahitu seperti apa?"
Tanya
3: "Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?
Tanya
4: "Bu, Allah itu ada di mana?
Tanya
5: "Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?"
Tanya
1: "Bu, Allah itu apa sih?
Jawablah
:
"Nak,
Allah itu Yang Menciptakan segala-galanya. Langit, bumi, laut, sungai, batu,
kucing, cicak, kodok, burung, semuanya, termasuk menciptakan nenek, kakek,
ayah, ibu, juga kamu." (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum
manis)
Tanya
2: "Bu, bentuk Allah itu seperti apa?"
Jangan
jawab begini :
"Bentuk
Allah itu seperti anu ..ini..atau itu...." karena jawaban seperti itu
pasti salah dan menyesatkan.
Jawablah
begini :
"Adek
tahu 'kan, bentuk sungai, batu, kucing, kambing,..semuanya.. nah, bentuk Allah
itu tidak sama dengan apa pun yang pernah kamu lihat. Sebut saja bentuk apa
pun, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa yang akan kamu sebutkan."
(Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
فَاطِرُ
ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٲجً۬ا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَـٰمِ
أَزۡوَٲجً۬اۖ يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَىۡءٌ۬ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ
ٱلۡبَصِيرُ (١١)
[Dia]
Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan [pula],
dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang
serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S.
Asy-Syura:11)
Tanya
3: "Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?
Jangan
jawab begini :
Karena
Allah itu gaib, artinya barang atau sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata
telanjang.
Jawaban
bahwa Allah itu gaib (semata), jelas bertentangan dengan ayat berikut ini.
Dialah
Yang Awal dan Yang Akhir; Yang Zahir dan Yang Batin ; dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu. [Al-Hadid (57) : 3]
Dikhawatirkan,
imajinasi anak yang masih polos akan mempersamakan gaibnya Allah dengan hantu,
jin, malaikat, bahkan peri dalam cerita dongeng. Bahwa dalam ilmu Tauhid
dinyatakan bahwa Allah itu nyata senyata-nyatanya; lebih nyata daripada yang
nyata, sudah tidak terbantahkan.
Apalagi
jika kita menggunakan diksi (pilihan kata) "barang" dan
"sesuatu" yang ditujukan pada Allah. Bukankah sudah jelas dalil Surat
Asy-Syura di atas bahwa Allah itu laysa kamitslihi syai'un; Allah itu bukan
sesuatu; tidak sama dengan sesuatu; melainkan Pencipta segala sesuatu.
Meskipun
segala sesuatu berasal dari Zat-Sifat-Asma (Nama)-dan Af'al (Perbuatan) Allah,
tetapi Diri Pribadi Allah itu tidak ber-Zat, tidak ber-Sifat, tidak ber-Asma,
tidak ber-Af'al. Diri Pribadi Allah itu tidak ada yang tahu, bahkan Nabi
Muhammad Saw. sekali pun. Hanya Allah yang tahu Diri Pribadi-Nya Sendiri dan
tidak akan terungkap sampai akhir zaman di dunia dan di akhirat.
[Muhammad
melihat Jibril] ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu Yang Meliputinya.
Penglihatannya [Muhammad] tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak
[pula] melampaui-Nya. (Q.S. An-Najm: 16-17) {ini tafsir dari seorang arif
billah, bukan dari saya pribadi. Allahua'lam}
Jawablah
begini :
"Mengapa
kita tidak bisa melihat Allah?"
Bisa
kita jawab dengan balik bertanya padanya (sambil melatih adik comel berpikir
retoris )
"Adik
bisakah nampak matahari yang terang itu langsung? Tidak 'kan..karena mata kita
bisa jadi buta. Nah,melihat matahari aja kita tak sanggup. Jadi,Bagimana kita
mau melihat Pencipta matahari itu. Iya 'kan?!"
Atau
bisa juga beri jawaban :
Adek,
lihat langit yang luas dan 'besar' itu 'kan? Yang kita lihat itu baru secuil
dari bentuk langit yang sebenarnya. Adek gak bisa lihat ujung langit 'kan?!
Nah, kita juga gak bisa melihat Allah karena Allah itu Pencipta langit yang
besar dan luas tadi. Itulah maksud kata Allahu Akbar waktu kita salat. Allah
Mahabesar.
Bisa
juga dengan simulasi sederhana seperti pernah saya ungkap di postingan
"Melihat Tuhan".
Silakan
hadapkan bawah telapak tangan Adek ke arah wajah. Bisa terlihat garis-garis
tangan Adek 'kan? Nah, kini dekatkan tangan sedekat-dekatnya ke mata Adek.
Masih terlihat jelaskah jemari Sobat setelah itu?
Kesimpulannya,
kita tidak bisa melihat Allah karena Allah itu Mahabesar dan teramat dekat
dengan kita. Meskipun demikian, tetapkan Allah itu ADA. "Dekat tidak
bersekutu, jauh tidak ber-antara."
Tanya
4: "Bu, Allah itu ada di mana ?
Jangan
jawab begini :
"Nak,
Allah itu ada di atas..di langit..atau di surga atau di Arsy."
Jawaban
seperti ini menyesatkan logika anak karena di luar angkasa tidak ada arah mata
angin atas-bawah-kiri-kanan-depan-belakang. Lalu jika Allah ada di langit,
apakah di bumi Allah tidak ada? Jika dikatakan di surga, berarti lebih besar
surga daripada Allah...berarti prinsip Allahu Akbar itu bohong? [baca juga
Ukuran Allahu Akbar]
Dia
bersemayam di atas ’Arsy. <-- Ayat ini adalah ayat mutasyabihat, yaitu ayat
yang wajib dibelokkan tafsirnya. Kalau dalam pelajaran bahasa Indonesia, kita
mengenal makna denotatif dan konotatif, nah.. ayat mutasyabihat ini tergolong
makna yang konotatif.
Juga
jangan jawab begini :
"Nak,
Allah itu ada di mana-mana."
Dikhawatirkan
anak akan otomatis berpikiran Allah itu banyak dan terbagi-bagi, seperti para
freemason atau politeis Yunani Kuno.
Jawablah
begini :
"Nak,
Allah itu dekat dengan kita. Allah itu selalu ada di hati setiap orang yang
saleh, termasuk di hati kamu, Sayang. Jadi, Allah selalu ada bersamamu di mana
pun kamu berada."
"Qalbun
mukmin baitullah", 'Hati seorang mukmin itu istana Allah." (Hadis)
Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 186)
Dan
Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.(Q.S. Al-Hadiid: 4)
Dan
kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah
wajah Allah. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 115)
Allah
sering lho bicara sama kita.. misalnya, kalau kamu teringat untuk bantu Ibu dan
Ayah, tidak berantem sama kakak, adek atau teman, tidak malas belajar, tidak
susah disuruh makan,..nah, itulah bisikan Allah untukmu, Sayang." (Ucapkan
dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
Dan
Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus. (Q.S. Al-Baqarah: 213)
Tanya
5: "Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?"
Jangan
jawab begini :
"Karena
kalau kamu tidak menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke neraka. Kalau kamu
menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke surga."
Jawaban
seperti ini akan membentuk paradigma (pola pikir) pamrih dalam beribadah kepada
Allah bahkan menjadi benih syirik halus (khafi). Hal ini juga yang menyebabkan
banyak orang menjadi ateis karena menurut akal mereka,"Masak sama Allah
kayak dagang aja! Yang namanya Allah itu berarti butuh penyembahan! Allah kayak
anak kecil aja, kalau diturutin maunya, surga; kalau gak diturutin,
neraka!!"
"Orang
yang menyembah surga, ia mendambakan kenikmatannya, bukan mengharap
Penciptanya. Orang yang menyembah neraka, ia takut kepada neraka, bukan takut
kepada Penciptanya." (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)
Jawablah
begini :
"Nak,
kita menyembah Allah sebagai wujud bersyukur karena Allah telah memberikan
banyak kebaikan dan kemudahan buat kita. Contohnya, Adek sekarang bisa bernapas
menghirup udara bebas, gratis lagi.. kalau mesti bayar, 'kan Ayah sama Ibu gak
akan bisa bayar. Di sungai banyak ikan yang bisa kita pancing untuk makan, atau
untuk dijadikan ikan hias di akuarium. Semua untuk kesenangan kita.
Kalau
Adek gak nyembah Allah, Adek yang rugi, bukan Allah. Misalnya, kalau Adek gak
nurut sama ibu-bapak guru di sekolah, Adek sendiri yang rugi, nilai Adek jadi
jelek. Isi rapor jadi kebakaran semua. Ibu-bapak guru tetap saja guru, biar pun
kamu dan teman-temanmu gak nurut sama ibu-bapak guru. (Ucapkan dengan menatap
mata anak sambil tersenyum manis)
Sesungguhnya
Allah benar-benar Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam. (Q.S.
Al-Ankabut: 6)
Katakan
juga pada anak:
"Adek
mulai sekarang harus belajar cinta sama Allah, lebih daripada cinta sama
Ayah-Ibu, ya?! (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
"Kenapa,
Bu ?"
"Karena
suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal dunia, sedangkan Allah tidak pernah
mati. Nah, kalau suatu hari Ayah atau Ibu meninggal, kamu tidak boleh merasa
kesepian karena Allah selalu ada untuk kamu. Nanti, Allah juga akan
mendatangkan orang-orang baik yang sayang sama Adek seperti sayangnya Ayah sama
Ibu. Misalnya, Paman, Bibi, atau para tetangga yang baik hati, juga
teman-temanmu."
Dan
mulai sekarang rajin-rajin belajar Iqra supaya nanti bisa mengaji Quran.
Mengaji Quran artinya kita berbicara sama Allah. (Ucapkan dengan menatap mata
anak sambil tersenyum manis).
Allahua'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar