Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Alhamdulillaah…..Segala Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.
----------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak perlu merasa iri hati
dengan rizki orang lain. Kita dilapangkan rizki, itu adalah ujian. Kita
disempitkan rizki, itu pula ujian. Dilapangkan rizki agar kita diuji apakah
termasuk orang yang bersyukur atau tidak. Disempitkan rizki agar kita diuji termasuk
orang yang bersabar ataukah tidak. Maka tergantung kita dalam menyikapi rizki
yang Allah berikan. Tidak perlu bersedih jika memang kita tidak ditakdirkan
mendapatkan rizki sebagaimana saudara kita. Allah tentu saja mengetahui manakah
yang terbaik bagi hamba-Nya. Cobalah pula kita perhatikan bahwa rizki dan
nikmat bukanlah pada harta saja. Kesehatan badan, nikmat waktu senggang, bahkan
yang terbesar dari itu yaitu nikmat hidayah Islam dan Iman, itu pun termasuk
nikmat yang patut disyukuri. Semoga bisa jadi renungan berharga.
Ayat yang patut direnungkan
adalah firman Allah Ta’ala,
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا
ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15)
وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي
أَهَانَنِ (16)
“Adapun manusia apabila Tuhannya
mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan
berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu
membatasi rizkinya Maka Dia berkata: “Tuhanku menghinakanku“. (QS. Al Fajr:
15-16)
Ibnu Katsir rahimahullah
menafsirkan ayat di atas, “Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala mengingkari orang
yang keliru dalam memahami maksud Allah meluaskan rizki. Allah sebenarnya
menjadikan hal itu sebagai ujian. Namun dia menyangka dengan luasnya rizki tersebut,
itu berarti Allah memuliakannya. Sungguh tidak demikian, sebenarnya itu
hanyalah ujian. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا
نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لا
يَشْعُرُونَ
“Apakah mereka mengira bahwa
harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami
bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka
tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 55-56)
Sebaliknya, jika Allah
menyempitkan rizki, ia merasa bahwa Allah menghinangkannya. Sebenarnya tidaklah
sebagaimana yang ia sangka. Tidaklah seperti itu sama sekali. Allah memberi
rizki itu bisa jadi pada orang yang Dia cintai atau pada yang tidak Dia cintai.
Begitu pula Allah menyempitkan rizki pada pada orang yang Dia cintai atau pun
tidak. Sebenarnya yang jadi patokan ketika seseorang dilapangkan dan
disempitkan rizki adalah dilihat dari ketaatannya pada Allah dalam dua keadaan
tersebut. Jika ia adalah seorang yang berkecukupan, lantas ia bersyukur pada
Allah dengan nikmat tersebut, maka inilah yang benar
Dengki itu akan melahap kebaikan
seseorang sebagaimana api melahap kayu bakar yang kering karena biasanya orang
yang hasad itu akan melanggar hak-hak orang yang tidak dia sukai dengan menyebutkan
kejelekan-kejelekannya, berupaya agar orang lain membencinya, merendahkan
martabatnya dll. Ini semua adalah dosa besar yang bisa melahap habis berbagai
kebaikan yang ada.
وَلا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ
اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا
وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Dan janganlah kamu iri hati
terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari
sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa
yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang
mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. an Nisa’: 32)